Pelayanan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag semakin baik. Pekerjanya profesional dan tempatnya rapih. Entah sejak kapan progresi ini berlangsung, tapi Serbalanda menyaksikan sendiri Oktober 2013.
Penulis dan istri mengantar Alifa Mansini, si bungsu berusia 5 tahun, ke kantor kedutaan KBRI di Tobias Asserlaan 8 Den Haag untuk mengganti paspornya yang akan habis November 2013.
Rapi
Lengkapi berkas:
Untuk memperlancar proses, sebaiknya mengisi formulir online dari rumah saja dulu : Formulir.
Setelah terisi dengan lengkap, lalu dicetak dan dibawa ke KBRI.
Kami berangkat ke KBRI di Den Haag. Sesampainya di loket imigrasi, mengambil nomor digital. Kami menanti di ruang tunggu yang rapi. Tidak sampai 5 menit sudah dipanggil, karena kami datang lumayan pagi. Lantai ruang itu bersih, kursi tertata rapi, dinding dihiasi poster batik dan juga iklan pariwisata Raja Ampat.
Belum 5 menit menunggu, nomor kami dipanggil dan disapa petugas imigrasi yang muncul dari balik pintu di pojok kiri ruangan itu. Pria setengah baya itu memanggil dengan sopan, nomor urut kami 3.
Walaupun sang petugas menemukan berkas kami tidak lengkap. Kurang photocopy "Surat Nikah" orang tua, tapi dia tetap dengan sabar menerangkan kekurangannya. Petugas yang belakangan kami tahu namanya bapak Noorman, dengan bijaksana mengatakan bahwa copy atau scan Surat Nikah bisa disusulkan lewat email.
Sungguh senang dengan penjelasannya sehingga kami tidak berkeberatan untuk langsung mengirim kekurangan berkas setibanya di rumah. Fleksibilitas sikap ini terdengar enak dan nyaman. Dan janji itu langsung penulis penuhi. Sampai rumah, menscan dokumen dan mengirimkan lewat email.
Saran
Untuk pembuatan paspor baru, anak kami harus difoto di ruang di balik loket. Duduk di depan meja yang sudah tersedia kamera webcam. Kualitas hasil jepretan webcam berresolusi yang rendah sehingga foto kurang jelas. Mungkin sebagai bahan perbaikan kedepannya, sebaiknya menggunakan kamera digital yang berresolusi tinggi. Itu lebih baik untuk paspor yang masa berlakunya lima tahun.
Pagi-Siang
Setelah membayar, beaya paspor, sebesar € 30, kami mendapat bukti slip pembayaran untuk pengambilan paspor. Proses pembuatannya berlangsung 4 hari kerja. Kami masukkan berkas hari Jumat, dan Kamis pekan berikutnya sudah rampung dan bisa diambil. Imigrasi KBRI memberlakukan aturan jam buka. Pagi untuk mendaftaran, siang untuk pengambilan.
Cepat
Hanya 15 menit kami berada di sana untuk penyerahan berkas dan difoto. Lalu 15 menit untuk pengambilannya. Memang semua itu perlu dilakukan secara pribadi ke Den Haag. Tampaknya memang ini satu-satunya pemecahan, sebab pemilik paspor harus membubuhkan tanda tangan keterangan di depan petugas. Selain itu pengiriman lewat postnl atau titipan kilat bisa mengakibatkan keterlambatan atau hilangnya paspor sebagai dokumen penting.
Kesan Baik
Pengalaman membuat paspor baru untuk putri kami di KBRI Den Haag, meninggalkan kesan enak. Nyaman dan rapih. Bahkan menilik kamar kecil dan ruang Aula pun terkesan lebih nettjes dari sebelumnya.
Tahun-tahun belakangan memang sempat terbetik berita bahwa kantor KBRI terkesan semprawut dan tidak profesional. Pandangan itu sudah tidak lagi kami temukan. Sudah banyak mengalami perbaikan signifikan. Bagi kawan yang dahulu punya kesan kurang baik mengenai KBRI dan pelayanannya, silakan datang lagi!
Dubes Cerewet?
Penulis mencoba membayangkan alasan perkembangan postif ini. Salah satunya mungkin karena Duta Besar kali ini seorang wanita. Jadi lebih memperhatikan hal-hal detil. Atau mungkin Ibu Retno Marsudi terkesan cerewet ke jajarannya? Buat kami tidak penting pria atau wanita, yang utama dia mampu menjadi duta, wakil bangsa Indonesia yang bisa kami banggakan. Dan saat ini kami cukup bangga.
Rapi
Lengkapi berkas:
- print-out formulir terisi online di website Indonesia.nl,
- uittreksel internasional dari gemeente yang aktual, mencantumkan kewarganegaraan,
- satu foto terbaru
- paspor lawas
- photocopy izin tinggal Belanda
- photocopy Buku Nikah Ortu (kopie van Trouwakte)
- kartu ATM untuk bayar beaya administrasi.
Untuk memperlancar proses, sebaiknya mengisi formulir online dari rumah saja dulu : Formulir.
Setelah terisi dengan lengkap, lalu dicetak dan dibawa ke KBRI.
Kami berangkat ke KBRI di Den Haag. Sesampainya di loket imigrasi, mengambil nomor digital. Kami menanti di ruang tunggu yang rapi. Tidak sampai 5 menit sudah dipanggil, karena kami datang lumayan pagi. Lantai ruang itu bersih, kursi tertata rapi, dinding dihiasi poster batik dan juga iklan pariwisata Raja Ampat.
Ruang Tunggu yang Rapi |
Walaupun sang petugas menemukan berkas kami tidak lengkap. Kurang photocopy "Surat Nikah" orang tua, tapi dia tetap dengan sabar menerangkan kekurangannya. Petugas yang belakangan kami tahu namanya bapak Noorman, dengan bijaksana mengatakan bahwa copy atau scan Surat Nikah bisa disusulkan lewat email.
Pak Noorman, pegawai Imigrasi KBRI. |
Sungguh senang dengan penjelasannya sehingga kami tidak berkeberatan untuk langsung mengirim kekurangan berkas setibanya di rumah. Fleksibilitas sikap ini terdengar enak dan nyaman. Dan janji itu langsung penulis penuhi. Sampai rumah, menscan dokumen dan mengirimkan lewat email.
Alifa dan ibunya |
Untuk pembuatan paspor baru, anak kami harus difoto di ruang di balik loket. Duduk di depan meja yang sudah tersedia kamera webcam. Kualitas hasil jepretan webcam berresolusi yang rendah sehingga foto kurang jelas. Mungkin sebagai bahan perbaikan kedepannya, sebaiknya menggunakan kamera digital yang berresolusi tinggi. Itu lebih baik untuk paspor yang masa berlakunya lima tahun.
Pagi-Siang
Setelah membayar, beaya paspor, sebesar € 30, kami mendapat bukti slip pembayaran untuk pengambilan paspor. Proses pembuatannya berlangsung 4 hari kerja. Kami masukkan berkas hari Jumat, dan Kamis pekan berikutnya sudah rampung dan bisa diambil. Imigrasi KBRI memberlakukan aturan jam buka. Pagi untuk mendaftaran, siang untuk pengambilan.
Cepat
Hanya 15 menit kami berada di sana untuk penyerahan berkas dan difoto. Lalu 15 menit untuk pengambilannya. Memang semua itu perlu dilakukan secara pribadi ke Den Haag. Tampaknya memang ini satu-satunya pemecahan, sebab pemilik paspor harus membubuhkan tanda tangan keterangan di depan petugas. Selain itu pengiriman lewat postnl atau titipan kilat bisa mengakibatkan keterlambatan atau hilangnya paspor sebagai dokumen penting.
Kesan Baik
Pengalaman membuat paspor baru untuk putri kami di KBRI Den Haag, meninggalkan kesan enak. Nyaman dan rapih. Bahkan menilik kamar kecil dan ruang Aula pun terkesan lebih nettjes dari sebelumnya.
Tahun-tahun belakangan memang sempat terbetik berita bahwa kantor KBRI terkesan semprawut dan tidak profesional. Pandangan itu sudah tidak lagi kami temukan. Sudah banyak mengalami perbaikan signifikan. Bagi kawan yang dahulu punya kesan kurang baik mengenai KBRI dan pelayanannya, silakan datang lagi!
Retno Marsudi, Dubes RI untuk Kerajaan Belanda |
Dubes Cerewet?
Penulis mencoba membayangkan alasan perkembangan postif ini. Salah satunya mungkin karena Duta Besar kali ini seorang wanita. Jadi lebih memperhatikan hal-hal detil. Atau mungkin Ibu Retno Marsudi terkesan cerewet ke jajarannya? Buat kami tidak penting pria atau wanita, yang utama dia mampu menjadi duta, wakil bangsa Indonesia yang bisa kami banggakan. Dan saat ini kami cukup bangga.